LAPORAN LENGKAP
Nama : Stevie Christianto
Kelas/Nis : III.C / 124897
Kelompok : C2.3
Tanggal Mulai : 23 Februari 2015
Tanggal Selesai : 23 Februari 2015
Judul Penetapan : Penetapan Uji pH dalam sampel pupuk ZA , urea dan NPK
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui dan menentukan pH (derajat keasaman) yang terkandung pada pupuk ZA , Urea dan NPK
Dasar Prinsip :
Untuk
menentukan pH larutan pupuk dengan menggunakan indikator universal.
Pada penggunaaan indikator universal harus diperhatikan batas – batas pH
yang dapat dibedakan
Reaksi :
Landasan Teori :
uji pH
pH
adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan
larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.[1]
Konsep
pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz
Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal
dari singkatan untuk powerp[2](pangkat), yang lainnya merujuk kata
bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat)[3], dan ada pula yang
merujuk pada katapotential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya
ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan
yang berarti "logaritma negatif"[4].
Air
murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai
7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan
larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau
alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi,
kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan
oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga
memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
PUPUK
Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik.[1] Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk
mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sementara suplemen sepertihormon tumbuhan membantu kelancaran
proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk
buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam
pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar
tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis
pupuk organik adalah kompos.
Macam-macam pupuk
Dalam
praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan
pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan pembuatannya, bentuk
fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
a. Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat
dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk
organik atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan (2) pupuk
kimia atau pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat
dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan
pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari
bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk
organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik
sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah
ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air
secara efektif.
b. Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan
bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau
kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan.
Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk
cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
c. Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat
dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk
majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula
pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro
(micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga
diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan
efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
"PUPUK UREA"
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk butiran curah (prill) digunakan dalam pertaniansebagai pupuk kimia pemasok unsur nitrogen. Di tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna
merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi
(berwarna putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran batu bara.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu
dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah,
amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan
amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
“PUPUK ZA”
Ammonium
Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung
unsur hara N. Pupuk ammonium sulfat dikenal juga dengan nama ZA
(Zwavelzure Amonium). Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA
merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali
menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk.
(1991), defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N
berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk
protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta
menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982). Pupuk ZA
dibuat dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat
tersebut menghasilkan pupuk ZA yang mengandung N 20,5 sampai 21%,
bersifat tidak higroskopis. Menurut Hilman dkk. (1993, dalam
Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang
diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh
kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan
tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap akhir
dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan. Pengeringan adalah
proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatileyang terdapat dalam
padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium
sulfat (ZA), superfosfat (SP), dan natrium fosfat kalium (NPK), proses
pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk
dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu rotary dryer, perlu
diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat yang
dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan
menggunakan alat tray dryer. Penelitian untuk memperoleh data
karakteristik telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :
pengeringan limbah padat dari ekstraksi minyak zaitun oleh Doymaz et al
(2003), pengeringan ampas wortel oleh Singh et al (2006), pengeringan
biji anggur oleh Roberts et al (2008), dan pengeringan limbah padat
tapioka oleh Dedi dkk (2009).
Pupuk N P K
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
Dan jika komposisi yang tertulis dalam kemasan pupuk NPK adalah, 16:17:18, maka dalam 100Kg Pupuk NPK tersebut mengandung 16 Kg "N", 17 Kg "P", dan 18 Kg "K". dan seterusnya. kita para petani hanya tinggal menghitungnya saja dan di sesuaikan dengan kebutuhan tanaman kita.
Begitu juga dengan komposisi formulasi yang lain seperti NPK 15:15:15 ataupun 10:20:20, dan lain-lain. Namun agak sedikit berbeda dengan komposisi yang di miliki NPK Phonska, karna NPK Phonska menambahkan Unsur "S"(Sulfur) di dalam produknya dengan komposisi 15:15:15:10, dengan tambahan 10% "S" dalam kemasaannya.
Pupuk NPK menjadi pilihan alternatif para petani karena kandungan hara yang ada di dalamnya rata-rata telah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman di wilayah indonesia. Selain itu dengan pupuk majemuk NPK para petani tidak repot mencampur beberapa jenis pupuk sebelum melakukan pemupukan.
Meski pupuk NPK mengandung hara yang cukup dengan komposisinya, namun para petani terkadang miliki dosis yang berbeda dengan komposisi yang telah di sediakan oleh para produsen pupuk, sehingga pupuk tunggal masih sangat di perlukan keberadaanya.
memang tidak semua wilayah bisa di cukupi dengan komposisi NPK yang telah di sediakan, karna banyaknya metode pola tanam yang membutuhkan dosis dan komposisi pupuk yang berbeda seperti perbedaan lahan, varietas, jarak tanam
Alat dan bahan :
Alat :
·
Tabung
Reaksi 3 buah
·
Rak
Tabung
·
Spatula
·
Labu
semprot
Bahan :
·
Pupuk
ZA
·
Pupuk
Urea
·
Pupuk
NPK
·
Air
(Aquades) {netral}
Cara kerja :
1. Disiapkan alat yang telah
dibersihkan dan bahan yang digunakan sebagai sampel.
2. Dimasukkan sampel
secukupnya kedalam masing-masing tabung reaksi. (Tabung 1 contoh pupuk ZA,
tabung 2 contoh pupuk Urea, tabung 3 contoh pupuk NPK)
3. Dilarutkan contoh tersebut
dengan air.
4. Dilakukan pemeriksaan pH
larutan dengan menggunakan kertas pH universal.
Hasil pengamatan :
·
pH
pada sampel Urea : 6
·
pH
pada sampel ZA : 6
·
pH
pada sampel NPK : 6
Kesimpulan :
Makassar 25 Februari 2015
Daftar Pustaka
http://petani-kecil.blogspot.com/2013/06/pupuk-n-p-k.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar